Blog Archives

5 Syarat Segmentasi Pasar yang Potensial

img src: tisconsulting.org

Sebelum memulai usaha dan menghasilkan sebuah produk atau jasa, salah satu hal yang harus dipertimbangkan ialah adanya segmen pasar yang akan menjadi target operasional usaha. Pengetahuan yang memadai akan adanya sebuah segmen pasar tertentu akan membimbing Anda untuk menentukan strategi-strategi yang relevan sehingga semua tenaga, modal, waktu yang telah tercurah tidak terbuang sia-sia.

Berikut merupakan lima syarat segmen pasar yang patut Anda perhitungkan menurut pakar manajemen pemasaran, Philip Kotler dan Kevin Lane Keller:

Dapat dikenali dan diukur
Sebuah segmen pasar yang potensial idealnya tidak hanya bisa didiskusikan secara teoretis, tetapi juga mampu untuk dikenali dan diukur secara riil di lapangan. Sebuah segmen pasar patut untuk diperhitungkan potensinya jika ukurannya tidak terlalu kecil dan daya beli yang dimiliki oleh konsumen dalam segmen tersebut cukup substansial.

Responsif
Yang dimaksud dengan suatu segmen yang responsif ialah kemampuannya untuk memberikan tanggapan terhadap usaha-usaha pemasaran dan perubahan program marketing yang dilakukan oleh usaha Anda. Di samping itu, tanggapan yang diberikan juga harus memiliki perbedaan dari tanggapan yang diberikan oleh segmen lainnya. Karena itulah yang membedakannya dari segmen lain.

Dinamis 

Suatu segmen yang ideal tidak akan mudah mengalami stagnansi. Ia akan terus mengalami perubahan dan perkembangan dari waktu ke waktu. Dinamika tersebut akan membuat usaha Anda bisa terus mengembangkan strategi pemasaran yang jitu untuk segmen ini.

Signifikan
Sebuah segmen, di satu sisi, adalah kelompok yang spesifik dan cukup sempit. Namun, di sisi lain, segmen tersebut juga jangan sampai terlalu spesifik dan sempit sehingga untuk mendapatkan keuntungan pun susah. Jumlah keuntungan yang diproyeksi harus dapat melebihi biaya yang diperlukan untuk mengembangkan program pemasaran yang ditargetkan untuk pasar tersebut.

Dapat diakses
Syarat terakhir ialah aksesibilitas sebuah segmen. Dengan kata lain, sebuah segmen pasar harus mampu dicapai oleh usaha Anda dengan menggunakan alat komunikasi dan media massa masa kini seperti surat kabar, televisi, telepon, ponsel dan sebagainya. Sulit untuk menggarap potensi sebuah segmen, sebesar apapun potensinya, jika konsumen yang ada dalam segmen tersebut ‘terkucil’ dari peradaban.

7 Tips Menjaring Konsumen Pertama Anda

img src: mashable.com

Mendapatkan pelanggan pertama merupakan saat yang sangat mengharukan bagi semua entrepreneur. Ini menjadi saat yang menentukan bagaimana Anda akan menjadi seorang pemimpin bisnis di masa depan. Tidak ada yang mudah saat Anda harus mendapatkan pelanggan pertama namun ada beberapa strategi utama yang bisa Anda terapkan.

1. Perluas koneksi

Untuk sebuah perusahaan, memiliki jaringan koneksi/ relasi bisnis yang luas merupakan sebuah keharusan. Anda dapat memperluas jaringan ini yang juga merupakan target potensial bisnis Anda, dengan berbagai cara. Tambahkan beberapa kenalan pribadi dalam daftar koneksi/ relasi ini. Jangan lupa bahwa kenalan profesional Anda ini (misalnya para pebisnis, vendor, pemasok) dapat menjadi sebuah aset di masa depan. Bangunkomunikasi dengan mereka dan beritahukan perkembangan bisnis Anda dengan mereka.

2. Iklan online

Orang lebih suka mencari informasi secara online di perangkat bergerak mereka sekarang ini. Jadi berusahalah untuk membuat iklan online khusus dan menarik di sejumlah situs potensial seperti jejaring sosial (Facebook, Twitter). Anda perlu membuat website, halaman tersendiri di Facebook, dan mungkin akun Twitter tersendiri sebagai media iklan interaktif.

3. Iklan lokal

Konsumen lokal juga membutuhkan informasi tentang perusahaan Anda. Buatlah mereka tertarik membicarakan bisnis Anda dengan mengiklankan usaha Anda dalam lingkup lokal di papan iklan dan iklan radio. Orang cenderung bangga menggunakan produk dan layanan lokal. Testimoni mereka akan amat berguna mempromosikan usaha Anda.

4. Waktu bersantai

Tentukan waktu bersantai atau mungkin pertemuan santai di waktu makan malam atau makan siang dengan mitra potensial dan calon klien. Biarkan mereka mengetahui bagaimana Anda merencanakan untuk menjalankan usaha di masa mendatang atau melayani klien. Layanan yang memuaskan akan sellau diingat dan mereka akan secara otomatis membicarakan usaha Anda ke orang lain.

5. Kirimkan surat pribadi dan tindak lanjuti dengan panggilan telepon

Anda memiliki daftar kontak. Kini saatnya menjelajahi lebih luas dan mendapatkan target potensial dan kirimi mereka dengan surat perkenalan. Beritahukan pada mereka mengenai usaha yang tengah Anda rintis dan berikan penawaran istimewa. Telepon mereka satu per satu sebagai tindak lanjut sehingga Anda mengetahui reaksi mereka lebih cepat.

6. Website interaktif

Saat orang mulai mengetahui layanan Anda, Anda seharusnya mulai membuka akses ke situs segera. Dengan demikian, mereka akan lebih leluasa saat ingin menemukan informasi bisnis Anda. Buatlah website dengan lebih interaktif dan informatif. Anda perlu memberikan informasi lengkap pada pengunjung situs dan menarik mereka dengan sentuhan interaktif sebaik di dunia nyata.

7. Peluncuran produk atau layanan

Saat semuanya siap, Anda harus membuat rencana yang baik tentang peluncuran produk atau layanan Anda. Undanglah orang, vendor, konsumen potensial, dan pers untuk menyaksikan peluncuran Anda. Dengan mengundang pers, Anda akan membantu publikasi lebih tersebar luas.

Kini Anda harus mencobanya satu per satu, atau mulai dengan salah satu atau sebagian langkah di atas yang Anda anggap sesuai dengan kondisi Anda sekarang. Lakukan dengan maksimal dan bersiaplah dengan kesuksesan di depan Anda. (www.ciputraentrepreneurship.com)

Jeli Atas Pengeluaran

Waspadalah pada pengeluaran-pengeluaran yang tak tampak dalam perencanaan, akan tetapi terjadi pada kenyataan. Dan waspada pula pada pengeluaran yang tidak produktif, yang kita lakukan semata- mata karena sudah terbiasa. Optimalkan setiap pengeluaran untuk memperoleh nilai tambah apabila memungkinkan. Jadikan pengeluaran kita adalah pengeluaran yang optimal dan efektif.

Oleh: Elsa Febiola Aryanti

(Perencana Keuangan Syariah & Managing Partner Hijrah Institute Jakarta Indonesia)

Pengeluaran adalah hal yang tidak dapat kita hindari. Berbagai hal pada saat kita hidup dan beraktifitas, maka sering ada konsekuensi ekonomi yang menyertainya, yaitu berupa penge­luaran. Entah itu untuk pengeluaran rutin, pengeluaran bulanan, baik untuk yang bersifat konsumsi ataupun produktif.

Sering kita dengar bahwa bukan peng­hasilan yang menentukan apakah sese­orang akan menjadi lebih sejahtera atau tidak, akan tetapi berapa jumlah uang yang bisa dia sisihkan untuk menabung atau berinvestasi. Dari kalimat di atas tersirat bahwa diperlukan suatu keje­lian dalam mengendalikan pengeluaran agar penghasilan dapat disisihkan untuk hal-hal yang lebih produktif, dapat di­investasikan atau paling kurang dapat di­sisihkan untuk ditabung. Oleh karena itu, kemampuan dan kejelian untuk mengen­dalikan pengeluaran menjadi hal yang penting dalam manajemen atau perencanaan keuangan pribadi maupun keluarga.

Lalu, bagaimana kalau pada saat ini Anda merasa sudah berusaha mengen­dalikan pengeluaran dari penghasilan yang ada, sudah mengidentifikasikan apa pengeluaran rutin harian, bulanan bahkan tahunan yang akan Anda keluarkan, tapi masih saja pengeluaran Anda me­lebihi perkiraan. Kemana kiranya penge­luaran tambahan itu Anda keluarkan?

Nah, salah satu hal yang harus diper­hatikan adalah pengeluaran-pengeluar­an kecil yang seringkali menempel pada pos- pos pengeluaran besar yang sudah diidentifkasi. Seperti contoh, Anda su­dah menganggarkan untuk biaya liburan dengan anak-anak. Biaya transportasi, akomodasi, biaya makan selama liburan. Akan tetapi Anda lupa untuk memperhi­tungkan, misalnya biaya oleh-oleh yang kadang secara tidak sadar, tidak diang­garkan akan tetapi kemungkinan terjadinya sangat besar. Atau misalnya pada saat liburan Anda sekaligus bersilaturah­mi dengan keluarga, maka biaya untuk itu tidak Anda anggarkan tetapi pada kenyataanya terjadi. Disinilah diperlukan ke­jelian untuk mengidentifikasikan penge­luaran sampai sedekat mungkin dengan kenyataan yang terjadi. Dan proses ini dilakukan sebelum aktifitas liburan ini dilaksanakan. Sebaliknya misalnya, Anda sudah menganggarkan biaya untuk trans­portasi harian ke kantor atau tempat usaha. Pengeluaran ini bisa dioptimalkan apabila Anda bisa menjadikan perjalanan ke kantor atau tempat usaha ini menjadi efektif dan sarat manfaat, apalagi kalau bisa mendatangkan penghasilan tam­bahan. Bawa barang dagangan, bisnis jemputan dan sebagainya.

Contoh lain, sering kita lihat di kota-kota, bahkan di pedesaan juga, budaya jalan-jalan dengan menggunakan ken­daraan bermotor sering kita lihat. Hilir mudik sepanjang sore hingga menjelang maghrib hal ini hampir rutin dilakukan. Selain biaya bahan bakar bensin, sering ada biaya tambahan lain, seperti biaya jajan, belum lagi kalau jalan-jalan ke tempat yang dekat dengan tempat per­belanjaan, maka akan ada biaya juga yang dikeluarkan untuk berbelanja yang belum tentu perlu. Hal ini apabila dilaku­kan terus-menerus, walaupun uang yang dikeluarkan mungkin kecil, tapi akan berpengaruh juga pada akhirnya pada pengeluaran kita. Sedikit-sedikit, lama-kelamaan menjadi bukit.

Waspadalah pada pengeluaran-pengeluaran yang tak tampak dalam perencanaan, akan tetapi terjadi pada kenyataan. Dan waspada pula pada pengeluaran yang tidak produktif, yang kita lakukan semata-mata karena sudah terbiasa. Optimalkan setiap pengeluaran untuk memperoleh nilai tambah apabila memungkinkan. Jadikan pengeluaran kita adalah pengeluaran yang optimal dan efektif.

*Disadur dari majalah The Intrepreneur edisi: Januari-Februari 2012

Menjadi Entrepreneur Uang Bukan Modal Utama

Kadangkala seseorang ingin menjadi entrepreneur mengalami hambatan. Semen­tara sesungguhnya bangsa ini masih kurang jumlah entrepreneurnya. Lalu, benarkah uang bukan satu-satunya modal utama saat seseorang mau membuka usaha?

Sebagai bangsa besar dengan jumlah penduduk kurang lebih 238 juta jiwa, lndonesia menempati ranking ke-4 di dunia. Namun rangking ini justru berbanding terbalik jika melihat dari jumlah orang yang bergelut sebagai entrepreneur. Berdasarkan perhitungan dari Kementerian Koperasi dan UKM, tercatat hanya 0,24% saja yang menjadi entrepreneur atau berwirausa­ha. Angka ini masih sangat rendah bila dibandingkan dengan negara tetangga lingkup ASEAN. Di Singapura terdapat 7,2% pengusaha, Thailand berjum­lah 4,1% serta Malaysia sekitar 3%. Sementara untuk kawasan Asia, Jepang dan China jumlah entrepreneurnya mencapai 10%.

Jika melongok ke negara adi kuasa, Amerika Serikat, cukup banyak yang menjadi pengusaha. Disana tercatat 12% penduduknya menjadi entrepreneur, dalam setiap 11 detik lahir entrepreneur baru. Data juga menunjukkan jika 1 dari 12 orang Amerika terlibat langsung dalam entrepreneur.

Peran entrepreneur sesungguhnya sangat menentukan dalam kemajuan suatu bangsa atau negara. Tapi menga­pa orang lndonesia masih sedikit sekali. Padahal menurut David Mc Cleiland, se­orang sosiolog, sedikitnya dibutuhkan minimal 2% wirausaha dari populasi penduduk. Sehingga jika dihitung, masih dibutuhkan sekitar 4,8 juta wirausaha di lndonesia sekarang ini.

Faktor apa yang menyebabkan hal demikian? Salah satunya adalah mo­dal. Tidak sedikit mereka mau memulai usaha, yang dipikirkan masalah modal. Dari mana untuk mendapatkan modal, sementara uang atau tabungan yang di­milikinya tidak ada. lngin meminjam ke bank, belum tentu dapat disetujui. Sebab persyaratan yang diajukan pihak bank ka­dang kala terlalu sulit.

Pemerintah sendiri dalam hal ini, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) RI sebenarnya telah mengalokasikan dana program Kredit Usaha Rakyat (KUR) sebesar Rp20 tril­iun dalam APBN 2011. Namun lagi-lagi, nampaknya KUR dijalankan setengah hati. Tidakjarang UKM tak bisa mencicipi dana yang tersedia.

“Orang selama ini bingung ketika mau memulai sebuah usaha, terbentur terutama masalah permodalan atau uang,” ungkap Mas Kemal Rausyan Fikri. Uang, sambungnya, sebenarnya bukan satu-­satunya modal utama. Sebab, kalau dia tidak punya, tentunya tidak akan jalan-jalan atau terealisasi idenya.

Kekuatan atau power diri kita sendiri sesungguhnya yang paling penting. Sebab, kata Mas Kemal, kalau kekuatan kita berupa kemauan, tidak ada, usaha pun tidak ada. Kemudian juga, yang tidak bisa dilupakan adalah link atau jaringan (kenalan). Kalau memiliki link, kita bisa sharing atau menjelaskan bisnis plan yang dimiliki. Sebab tidak mustahil, de­ngan bisnis plan yang jelas, link kita akan percaya dan memberikan bantuan mo­dal. Diupayakan agar link itu merupakan orang terdekat, bisa famili, saudara, om atau tante serta kenalan. Tapi perlu di­ingat, dipilih mereka yang benar-benar memiliki kemampuan finansial yang lebih.

Hal lain yang juga perlu diperhatikan adalah sebesar apa usaha yang akan dibuka dan bagaimana pangsa pasar atau pendapatan yang akan diperoleh. Sebab jangan sampai usaha yang dibangun cukup besar tapi pendapatannya kecil.

“Bisa saja kita membuka usaha di grobak tapi penghasilan yang didapat cukup besar,” jelas Mas Kemal. Jika meminjam uang ke bank atau pemodal dengan jaminan surat berharga, Mas Kemal menyarankan agar bagi yang baru mau buka, usahakan jangan. Sebab belum diketahui pendapatannya. Terkecuali ka­lau memang sudah jalan usahanya, kita ajukan ke bank, kita ketahui penghasilan­nya, bunga yang akan dibayarkan dan ke­untungan yang didapat.

Untuk mereka yang memang terta­rik buka usaha, punya modal terbatas dan tidak mau direpotkan dengan cara penjualannya, mungkin bisa mencoba waralaba atau franchise. Banyak sekali waralaba di tanah air yang menawarkan dengan harga cukup murah, di bawah Rp 5 juta rupiah.

Disadur dari majalah ‘The intrepreneur’ edisi November 2011

Penulis: Marhadi Yudi