Blog Archives

Jangan Pernah Menyerah

Tantangan dan rintangan adalah sesuatu yang biasa bagi mereka yang tengah mengejar impian. Tantangan dijadikannya peluang, rintangan dijadikannya cambuk untuk meraih keberhasilan.

Oleh: Tanu Sutomo (Motivator, Direktur Utama IFA)

Dalam menjalankan usaha apa-pun, termasuk bisnis jaringan, Anda akan menemukan tantan­gan dan rintangan. Dari mulai skala kecil, sederhana, hingga jika Anda tak sanggup mengatasinya, Anda akan hancur terpu­ruk. Tetapi tahukah Anda bahwa semua itu merupakan fase luar biasa agar Anda tidak lantas menyerah.

Jika kita petakan, tantangan dapat muncul dari dua arah: dari dalam diri kita sendiri dan dari luar diri kita. Tantangan dari dalam biasanya berbentuk fluktuasinya semangat kita. Kadang kita sema­ngat luar biasa, lain waktu bisa turun drastis karena satu dan lain hal.

Sementara tantangan dari luar bia­sanya terkait langsung dengan bisnis yang kita jalankan. Jika respon orang lain positif, maka semangat kita pun terpompa luar biasa. Tapi jika negatif, otomatis berpengaruh pada menurunnya semangat yang kita mi­liki. Hal ini tentu berdampak buruk bagi kinerja kita ke depan. Alih-alih menda­patkan keuntungan, yang ada justru ke­buntungan.

Karena itu, agar semangat kita tetap terjaga, sehingga dalam menjalankan bisnis tidak kenal pantang menyerah, maka ada beberapa tips yang dapat Anda lakukan.

Pertama, fokuslah pada impian. Se­tiap kita pasti punya impian. Ada yang melangit, ada pula yang mencoba untuk realistis. Setinggi apapun impian kita ja­ngan pernah memadamkannya sebelum Anda dapat mencapainya. lmpian bagi kita merupakan tujuan ‘akhir’ dari rang­kaian kehidupan kita. Tanpa mimpi ra­sanya hidup ini terasa hampa, sebab tak ada visi, tak ada misi. Tak ada pula hal-hal terbaik yang menjadi obsesi kita untuk meraihnya.

Bagi Anda yang memiliki impian, pertahankan, bela mati-matian impian tersebut. lngatlah selalu, terutama ketika Anda menghadapi rintangan dan tanta­ngan. Anggaplah bahwa hal itu merupa­kan ujian agar Anda naik kelas kelak. Jika Anda lolos maka Anda telah selangkah lebih maju dari sebelum­nya.

Dengan mengingat impian, Anda juga mampu menjaga ke­stabilan emosi untuk selalu berada pada ja­lan menuju pencapai­annya. Anda juga tak merasa bahwa setiap rintangan yang menghadang menjadi hambatan, melainkan menjadi pelajaran berharga untuk mengatasinya. Keber­hasilan Anda mengatasi setiap rintangan itulah merupakan hal-hal terbaik untuk meningkatkan kemampuan diri Anda.

Kedua, belajarlah pada setiap ken­dala yang ada. Bagi banyak orang, ken­dala dianggap sebagai hal buruk dalam meraih tujuan. Lebih celaka lagi jika hal itu menjadikannya hambatan dalam melanjutkan upaya pencapaian.

Padahal, sesungguhnya setiap ken­dala yang muncul ada pelajaran penting dan berharga yang dapat kita petik dar­inya. Dari berbagai kendala itulah pela­jaran demi pelajaran kita dapatkan. Dari situlah kelak jika kita menemukan ken­dala lagi, maka kita sudah mendapatkan cara penyelesaiannya. Begitu seterusnya.

Tak satupun mereka yang sukses alpa dari kendala. Justru mereka su­dah makan asam-garam dari berbagai kendala yang menimpa, lalu mencermat­inya untuk menemukan solusinya. Solusi inilah pelajaran berharga untuk mengha­dapi kendala-kendala yang datang kemu­dian. Dan pada saat itu kita telah memi­liki solusi untuk mengatasinya.

Ketiga, jangan pernah berputus asa. Bagi mereka yang berhasil saat ini, tak ada kata menyerah, tak ada kata putus asa. lni dikarenakan mereka selalu meng­ingat dua hal di atas. Karena itu apapun bentuk rintangannya, apapun macam tantangannya sedikitpun tak akan mem­buatnya menyerah. Mereka sadar betul, dengan berputus asa impian tak akan da­pat dicapai. Jika tak dapat dicapai maka itu berarti tak ada perubahan baik dalam kehidupannya.

Oleh karenanya, untuk berhasil dalam meraih impian dan menemukan hal-hal terbaik dalam kehidupan, kata menyerah telah dienyahkan dalam ka­mus kehidupannya. Yang ada tinggallah semangat menggebu untuk meraih ke­berhasilan demi keberhasilan.

Salam Dahsyat!

From Zero to Hero

Mereka yang saat ini meraih posisi puncak di bidang usaha yang dirintisnya tak semuanya ditopang oleh modal besar pada awalnya. Tak sedikit justru bermodaI NOL sebagai bekal melangkah untuk merenda keberhasilan.

Oleh: Tanu Sutomo (Direktur Utama IFA)

Itulah yang kemudian muncul dan lalu terkenal dengan sebutan perusahaan atau pengusaha dengan julukan from zero to hero. Dari modal nol, lalu berkembang menjadi deretan banyak nol di belakang angka.

Dunia entrepreneurship di negeri kita memang tengah menggembirakan. se­jumlah Perguruan Tinggi (PT) bergeliat membuka fakultas clan jurusan entrepre­neurship. Bahkan mulai pula tumbuh sejumlah PT yang mengkhususkan diri sebagai sekolah atau kampus entrepreneur, Tak hanya mengajarkan teori, sebagian besar dari mereka juga melatih peserta didik untuk menjadi wirausahawan sejati,

Namun, ditengah menggeliatnya upaya hanyak pihak untuk menum­buhkembangkan entrepreneur-entrepreneur muda berkualitas ada saja hamba­tan yang kerap dinilai sebagai hambatan, Salah satunya adalah modal usaha yang oleh kebanyakan orang yang hendak merintis usaha harus berjumlah besar.

Tidak selamanya demikian. Saya adalah salah seorang yang membuk­tikannya. Awal merintis IFA pada 20 tahu­nan silam, boleh dibilang berrnodalkan nekad. Artinya, modal dana tidak saya jadikan ukuran utama untuk berani melangkah. Melainkan keinginan kuat, se­mangat menggebu untuk merubah nasib agar menjadi lebih baik.

Jadi, awalnya saya bersama Jarot Wi­janarko hanya bermodalkan NOL belaka. “Ah, mana mungkin?” pikir Anda kali. Nol itu adalah angka yang kosong melompong, tak ada nilainya. Bagaimana mungkin kita bisa memulai usaha tanpa modal (dana) yang cukup? Betul. Jika kita menggunakan pola pi­kir yang dianut oleh kebanyakan orang. Tapi, bagi sebagian orang-orang yang luar biasa dahsyat, yang memulai usaha dari nol, sebenarnya angka nol, sebagaimana pernah diulas menarik oleh Agoeng Wi­dyatmoko, mengandung filosofi yang be­gitu mendalam.

Pertama, coba perhatikan, angka nol bentuknya bulat lonjong, tanpa terpu­tus. Maknanya adalah bahwa kita – tidak bisa tidak – selalu akan tergantung satu sama lain. Semakin kita bisa saling beker­ja sama dengan orang lain, kesempatan menjadi pengusaha akan kian terbuka lebar. Keterkaitan kita dengan lainnya sagat bermanfaat untuk menjamin kelan­caran sebuah usaha. Terlebih jika bidang yang kita geluti berbasis multy level mar­keting. Keterkaitan dan ketergantungan dengan yang lain itu akan sangat terasa.

Laksana puzzle pula, kemampuan satu bidang pada diri kita akan dipenuhi oleh kemampuan orang lain di bidang lainnya, baik untuk saling melengkapi, ataupun saling support demi keberhasi­lan bersama.

Kedua, biasanya bentuk angka nol se­lalu lonjong memanjang ke atas, bukan bulat penuh atau lonjong ke samping, Ini adalah filosofi hubungan kita dengan Sang Khaliq. Kita bisa menjadi seorang pengusaha harus senantiasa mengingat ke atas. Bahwa, kita bisa sukses atau sebaliknya itu selalu ada dalam koridor kekuasaan Tuhan.

Bukankah Tuhan juga mengatakan bahwa, Dia tak akan mengubah suatu kaum tanpa kaum itu berusaha mengu­bah nasibnya sendiri. Bagi saya, inilah filosofi angka nol yang begitu religius. Jika hal ini selalu kita jadikan pegangan, maka dalam menjalani profesi menjadi pengusaha, kita tak perlu khawarir. Sebab, hidup ini tentulah selalu dalam koridor kekuasaan Tuhan yang Maha Besar de­ngan segala rahmat dan berkah yang sa­gat melimpah.

Ketiga, banyak pengusaha yang me­nganggapnya ini paling penting yang harus kita sadari. Bahwa, nol itu adalah sebuah singkatan dari kata tolong-meNOLong? lnilah poin penting dari mengapa seseorang dengan modal nol bisa men­jadi pengusaha sukses. Ini pula yang lalu banyak orang menyebutnya From Zero to Hero jika seseorang yang memulai dari bawah dan dari nol bisa menjadi entre­preneur sejati.

Sesungguhnya kekuatan tolong-me­nolong itulah yang menjadi kekuatan inti dari modal utama. Modal (baca: uang) seberapa pun jumlahnya tidak akan bisa membuat kita sukses jika tidak ada un­sur saling menolong ini. Modal semacam inilah yang akan membantu kita menjadi entrepreneur sesungguhnya. Misalnya, kita memiliki keinginan agar bisnis jari­ngan kita tumbuh berkembang sesuai impian kita, maka kita membutuhkan orang lain, upline, downline, support system, dll untuk menolong kita, bahu-membahu, bekerjasama mencapai kemajuan usaha.

lntinya adalah modal nol ternyata bukan modal kosong sama sekali. Mo­dal tersebut justru, adalah modal yang sangat dahsyat untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship kita. Nilai keber­samaan, kekeluargaan, keterkaitan satu sama lain, unsur religius berupa kekutan Tuhan yang harus kita syukuri dan dimak­simalkan, hingga sikap saling tolong me­nolong, selalu ciptakan nilai, akan mem­buat sebuah usaha bisa.

*Disadur dari majalah The Intrepreneur edisi Januari-Februari 2012